Kisah Sisi Gelap Sang Penjaga Pintu Kereta

Reporter

Mahrus Sholih

Editor

Redaksi

26 - Aug - 2015, 11:16

Suparman (bertopi) ketika berada didalam pos penjagaan palang pintu kereta api di Jalan Mangga Kecamatan Patrang Jember (foto: Mahrus/ JemberTimes)

JATIMTIMES, JEMBER - Upah minim, tak membuat Suparman, berputus asa. Pria 55 tahun itu tetap tekun menjalani pekerjaannya yang penuh resiko. Terlena sedikit saja, bisa-bisa penjara taruhannya.

Setiap hari, dia menjaga pintu perlintasan kereta api di Jalan Mangga Kecamatan Patrang. Dengan  upah Rp. 750 ribu perbulan, sebenarnya resiko yang ditanggung tidaklah sebanding dengan imbalan yang dia terima. “Pekerjaan saya, ya menjaga pos palang pintu kereta api jalan Mangga ini, sudah dua puluh tahun lebih saya jalani,” aku Suparman.

Warga Perumnas Patrang itu setiap hari harus menempuh rute sejauh 3 Kilometer yang dimulai sejak pukul 6 pagi hingga pukul 10 malam. Meski dia penjaga palang pintu informal, namun kakek tiga cucu ini berkomitmen untuk menjaga keselamatan pengendara yang melalui palang pintu yang ia jaga. “Saya keliling dari pintu ke pintu untuk meminta upah bulanan saya,” tuturnya.

Raut wajahnya tampak letih sore itu, dia duduk bersama Marja’i, salah seorang tukang becak yang biasa mangkal ditempat kerjanya. Sebuat besi bergirigi dengan pipa besi terlihat berada di dalam pos penjagaan. Suparman menyebut alat itu dengan Rol, yakni alat untuk memutar palang pintu agar dapat naik dan turun. “Jika kereta akan datang atau lewat sirine berbunyi, maka palang pintu ditutup dengan cara memutar memakai tangan, supaya palang pintu segera turun,” jelasnya.

Marjai yang sering menemani Suparman merasa iba dengan kondisi kawannya itu, meski dia sendiri seorang tukang becak yang penghasilannya tak beda jauh dengan Suparman. “Karena  pak Parman punya tanggung jawab besar, namun upahnya minim. Lagi pula, dia harus ambil sendiri dari pintu ke pintu warga,” ujar Marja’i.

Marjai mengatakan, beruntung Suparman adalah tipe orang yang ‘nerimoan’ (tidak banyak menuntut). Meski begitu, dia berharap agar orang-orang seperti Suparman yang sudah berjasa menjaga pintu perlintasan rel kereta api mendapat perhatian dari Pemerintah Daerah maupun PT Kereta Api Indonesia. (*)