Waspada Crab Mentality: Ketika Orang Terdekat Justru Tidak Ingin Kamu Sukses
Reporter
Mutmainah J
Editor
A Yahya
29 - Oct - 2025, 06:47
JATIMTIMES - Pernahkah kamu merasa tidak nyaman atau iri saat melihat orang lain mencapai kesuksesan? Atau mungkin kamu pernah berada dalam situasi ketika pencapaianmu justru direndahkan oleh orang terdekat sendiri.
Fenomena ini bukan sesuatu yang terjadi tanpa sebab. Dalam psikologi, pola pikir seperti ini dikenal dengan istilah crab mentality atau mentalitas kepiting, sebuah kondisi di mana seseorang lebih memilih menarik orang lain ke bawah daripada berusaha ikut naik bersama. Alih-alih saling mendukung, sikap ini justru menghambat potensi diri dan hubungan antarindividu.
Baca Juga : 6 Zodiak Ini Diberkahi Energi Positif pada 29 Oktober 2025, Cinta dan Karier Berjalan Harmonis
Apa Itu Crab Mentality?
Dilansir Psychology Today, Loretta Graziano Breuning, Ph.D., profesor emerita manajemen di California State University East Bay, menjelaskan bahwa crab mentality diambil dari perilaku kepiting ketika berada di dalam ember. Ketika satu kepiting mencoba naik keluar, kepiting lain akan menariknya kembali ke dalam. Perilaku tersebut kemudian dianalogikan sebagai sikap iri dan egois pada manusia, di mana seseorang berusaha menghalangi kesuksesan orang lain agar tidak melampaui dirinya.
Sementara itu, menurut Calm Clinic, Emily Mendez, MS, Ed.S., crab mentality sering berasal dari rasa tidak aman, ketakutan gagal, dan pola pikir “kalau aku tidak bisa, kamu juga tidak boleh bisa”. Sifat ini tergolong toxic karena bukan hanya merugikan orang lain, tetapi juga menghambat perkembangan diri sendiri.
Mengapa Crab Mentality Bisa Muncul?
Crab mentality dapat terjadi dalam berbagai lingkungan:
• Tempat kerja
• Keluarga
• Pertemanan
• Bahkan dalam hubungan asmara
Menurut Mendez, manusia cenderung hidup dalam kelompok sosial. Ketika seseorang dalam kelompok yang sama berhasil naik ke level yang lebih tinggi, rasa tidak nyaman dapat muncul karena kesuksesan orang dekat terasa lebih “mengancam” daripada keberhasilan orang asing.
“Banyak orang terkejut ketika mendapati bahwa orang asing bisa lebih mendukung kesuksesan mereka dibandingkan teman dekat atau keluarga," ujar Emily Mendez
Hal ini terjadi karena ego, perbandingan, dan ketakutan tertinggal.
Tanda Seseorang Memiliki Crab Mentality
Menurut Dr. Itamar Shatz dari Effectiviology, tanda-tandanya meliputi:
- Sering berbicara negatif tentang pencapaian orang lain
- Tidak suka saat orang lain sukses
- Menganggap keberhasilan orang lain hanya karena keberuntungan
- Gemar mengkritik tanpa solusi
- Sering membandingkan diri sendiri dengan orang lain
- Tidak menghargai usaha orang lain
Jika tanda-tanda ini muncul, itu pertanda persaingan yang tidak sehat sedang terjadi.
Cara Mengatasi Crab Mentality pada Diri Sendiri
1. Akui dan Sadari Perilakumu
Menyadari bahwa diri memiliki sifat ini adalah langkah awal untuk berubah.
2. Alihkan Iri Menjadi Dukungan
Baca Juga : Copet Asal Kota Malang Diringkus Polisi saat Beraksi di Pertunjukan Bantengan
Membantu orang lain bukan berarti kehilangan kesempatan, justru memperluas peluang bersama.
3. Bangun Pikiran Positif
Fokus pada perkembangan diri, bukan pencapaian orang lain.
4. Tetapkan Tujuan Hidup yang Jelas
Ketika kamu punya arah, kamu tidak mudah terganggu oleh keberhasilan orang lain.
Tips Menghindari Lingkungan dengan Crab Mentality
Dilansir dari Psychology Today dan Effectiviology, berikut cara menjaga diri:
1. Tetap Teguh pada Prinsip dan Tujuanmu
Dengarkan kritik, tapi jangan biarkan itu menghentikan langkahmu.
2. Kembangkan Kemampuan Diri
Rasa percaya diri tumbuh dari kerja keras dan peningkatan kemampuan.
3. Belajar Memaafkan
Melepaskan dendam membebaskan energi mentalmu untuk hal positif.
4. Lingkari Diri dengan Orang yang Suportif
Pertemanan yang sehat akan mendorongmu naik, bukan menarikmu turun.
Crab mentality bukan hanya soal iri, tetapi tentang ketidakmampuan menghargai perjalanan diri sendiri. Setiap orang punya waktu dan jalur pencapaiannya masing-masing. Dengan fokus pada pengembangan diri, memberikan dukungan pada orang lain, dan membangun lingkungan yang sehat, kita bisa tumbuh bersama tanpa saling menjatuhkan.
Ingat, kesuksesan orang lain tidak pernah mengurangi kemungkinan kesuksesanmu.
Sebaliknya, itu bisa menjadi pengingat bahwa kamu juga mampu.
