Iman Abu Bakar, Seberat Apa jika Ditimbang?

Editor

Yunan Helmy

15 - Nov - 2025, 10:36

Ilustrasi tentang seberapa berat iman dari Abu bakar jika ditimbang. (ist)

JATIMTIMES - Di antara begitu banyak riwayat tentang keutamaan para sahabat, ada satu sabda Nabi Muhammad SAW yang terdengar seperti pukulan gong: keras, jelas, dan mengguncang nalar. 

Riwayat tentang "timbangan iman" Abu Bakar disebutkan oleh al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman dan diperkuat oleh beberapa jalur dalam karya-karya tarikh seperti Tarikh Dimasyq karya Ibn ‘Asakir. Rasulullah pernah berkata, “Seandainya iman Abu Bakar ditimbang dengan iman seluruh umat, niscaya lebih berat iman Abu Bakar.”

Baca Juga : Etanol Jadi Sorotan Publik, Pakar UMM Beberkan Plus-Minusnya untuk Mesin Kendaraan

Meski tidak mencapai derajat sahih, para ulama menerima maknanya dalam konteks keutamaan sahabat. Hal ini juga menjadi sebuah pernyataan yang membuat siapa pun berhenti sejenak, seberat apa iman seorang manusia, hingga mampu mengalahkan timbangan satu umat?.

Ucapan ini tidak muncul dari ruang kosong. Abu Bakar ash-Shiddiq adalah sahabat yang hidup dengan mata batin seterang matahari. Namanya yang lengkap bertingkat panjang, Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay, adalah jejak seorang Quraisy dari kabilah Taim yang sejak muda telah memelihara akhlak bersih. Ia tak pernah mencicipi khamr, tak tergoda ritual jahiliah, dan tak menyembah berhala meski itu menjadi arus besar di zamannya.

Ketegasannya dalam menjaga hati itulah yang membuat imannya kelak bertumbuh tanpa retak. Ketika Islam datang, Abu Bakar tidak menawar, tidak menunda. Ia langsung percaya, dan dari kepercayaan itu lahir keberanian, pengorbanan, dan loyalitas yang tak pernah goyah.

Alquran pun memberi isyarat tentang kualitas batinnya. Dalam surah Al-Lail ayat 5-7 disebutkan tentang seseorang yang gemar memberi, bertakwa, dan membenarkan pahala terbaik. Banyak ulama memandang ayat ini selaras dengan karakter Abu Bakar yang memerdekakan budak dan memberi tanpa pamrih. Sifat ini bukan sekadar amal, tapi fondasi yang membuat timbangan imannya begitu padat.

Namun momen paling berat dari iman Abu Bakar justru tersimpan dalam kisah Gua Tsur, yang diabadikan dalam Surah At-Taubah ayat 40. Ia bukan hanya menemani Nabi SAW dalam perjalanan hijrah; ia membawa ketakutan yang paling manusiawi: takut kehilangan Rasul. Di saat itu, Nabi menenangkannya dengan kalimat abadi, “Jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.”

Baca Juga : Antisipasi Banjir, UPT PU SDA Singosari Kerahkan Normalisasi Saluran Morotanjek di Banjararum

Bagaimana timbangan iman itu tidak berat, bila ia berani berada di titik paling genting bersama Nabi, ketika seluruh Quraisy mengejar dan bernafas saja harus setengah?. Iman Abu Bakar inilah yang akhirnya menuntun banyak tokoh besar menuju Islam. Zubair bin Awwam, Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Sa’ad bin Abi Waqqash, hingga Abdurrahman bin Auf, semua tumbuh dari dakwah seorang sahabat yang imannya tak hanya kokoh, tapi juga menular.

Sabda Rasulullah tentang beratnya iman Abu Bakar bukan sekadar pujian. Itu adalah pengakuan bahwa ada manusia yang imannya tak bisa ditakar dengan standar biasa. Ada keyakinan yang begitu penuh, hingga ketika diletakkan di timbangan, ia membungkukkan seluruh sisi lainnya.