Jatim Times Network Logo
Poling Pilkada 2024 Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Poling Pilkada 2024
Peristiwa

Kisah Sisi Gelap Sang Penjaga Pintu Kereta

Penulis : Mahrus Sholih - Editor : Redaksi

26 - Aug - 2015, 23:16

Placeholder
Suparman (bertopi) ketika berada didalam pos penjagaan palang pintu kereta api di Jalan Mangga Kecamatan Patrang Jember (foto: Mahrus/ JemberTimes)

JATIMTIMES, JEMBER - Upah minim, tak membuat Suparman, berputus asa. Pria 55 tahun itu tetap tekun menjalani pekerjaannya yang penuh resiko. Terlena sedikit saja, bisa-bisa penjara taruhannya.

Setiap hari, dia menjaga pintu perlintasan kereta api di Jalan Mangga Kecamatan Patrang. Dengan  upah Rp. 750 ribu perbulan, sebenarnya resiko yang ditanggung tidaklah sebanding dengan imbalan yang dia terima. “Pekerjaan saya, ya menjaga pos palang pintu kereta api jalan Mangga ini, sudah dua puluh tahun lebih saya jalani,” aku Suparman.

Warga Perumnas Patrang itu setiap hari harus menempuh rute sejauh 3 Kilometer yang dimulai sejak pukul 6 pagi hingga pukul 10 malam. Meski dia penjaga palang pintu informal, namun kakek tiga cucu ini berkomitmen untuk menjaga keselamatan pengendara yang melalui palang pintu yang ia jaga. “Saya keliling dari pintu ke pintu untuk meminta upah bulanan saya,” tuturnya.

Raut wajahnya tampak letih sore itu, dia duduk bersama Marja’i, salah seorang tukang becak yang biasa mangkal ditempat kerjanya. Sebuat besi bergirigi dengan pipa besi terlihat berada di dalam pos penjagaan. Suparman menyebut alat itu dengan Rol, yakni alat untuk memutar palang pintu agar dapat naik dan turun. “Jika kereta akan datang atau lewat sirine berbunyi, maka palang pintu ditutup dengan cara memutar memakai tangan, supaya palang pintu segera turun,” jelasnya.

Marjai yang sering menemani Suparman merasa iba dengan kondisi kawannya itu, meski dia sendiri seorang tukang becak yang penghasilannya tak beda jauh dengan Suparman. “Karena  pak Parman punya tanggung jawab besar, namun upahnya minim. Lagi pula, dia harus ambil sendiri dari pintu ke pintu warga,” ujar Marja’i.

Marjai mengatakan, beruntung Suparman adalah tipe orang yang ‘nerimoan’ (tidak banyak menuntut). Meski begitu, dia berharap agar orang-orang seperti Suparman yang sudah berjasa menjaga pintu perlintasan rel kereta api mendapat perhatian dari Pemerintah Daerah maupun PT Kereta Api Indonesia. (*)


Topik

Peristiwa Penjaga-Palang-Pintu-Kereta PT-KAI



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Pacitan Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Mahrus Sholih

Editor

Redaksi

Peristiwa

Artikel terkait di Peristiwa