JATIMTIMES - Produksi gabah di Kota Malang ditarget mencapai 15 ribu ton pada musim panen 2025 mendatang. Namun ternyata, jumlah tersebut hanya mampu memenuhi sekitar sepertiga dari total kebutuhan konsumsi.
Saa ini kebutuhan masyarakat di Kota Malang yang mencapai 40 hingga 45 ribu ton per tahun. Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Malang, Slamet Husnan, menyampaikan panen raya diperkirakan berlangsung pada akhir Desember 2025. “Kami optimistis masih tetap 15 ribu ton itu,” ujarnya.
Baca Juga : Tom Holland Cedera Gegar Otak saat Syuting Spider-Man: Brand New Day, Begini Kronologinya
Meski kontribusi produksinya terbatas, Slamet menegaskan ketersediaan beras di Kota Malang tetap aman. Hal ini karena pasokan tambahan telah ditopang kerja sama antardaerah dan cadangan yang dikelola Bulog. “Beruntung ketersediaan beras saat ini tercover oleh Bulog,” imbuhnya.
Sementara itu, harga gabah di pasaran yang berada di kisaran Rp6.500 per kilogram dianggap memberi keuntungan bagi petani. Slamet menilai harga tersebut layak dan membantu meningkatkan kesejahteraan mereka.
“Dengan harga Rp6.500 per kilogram, petani bersyukur sekali. Jerih payah modal yang dikeluarkan terbayar dengan harga itu. Sebagian hasilnya bisa dipakai untuk usaha tani, sebagian ditabung,” jelasnya.
Ia menambahkan, harga di atas HET justru menjadi insentif positif. Saat ini, sejumlah petani di Kota Malang mampu menjual gabah dengan harga sekitar Rp7.000 hingga Rp7.200. Naiknya harga itu juga diikuti kualitas yang meningkat.
Baca Juga : Kemensos Cabut Bansos Penerima Terlibat Judi Online, Pemkot Kediri: Warga Dapat Ajukan Reaktifasi
“Selama 100 hari, petani harus menyemai, menanam, memupuk, hingga merawat. Kenaikan harga adalah bentuk penghargaan atas kerja keras itu,” pungkasnya.