Jatim Times Network Logo
Poling Pilkada 2024 Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Poling Pilkada 2024
Agama

Abdullah bin Hudzafah: Panglima Muslim yang Menolak Kekayaan demi Teguh Iman

Penulis : Anggara Sudiongko - Editor : A Yahya

30 - Sep - 2025, 09:50

Placeholder
Ilustrasi sahabat nabi yang bukan hanya dikenal karena keberanian di medan perang, tetapi juga karena keteguhan hati saat menghadapi ujian hidup (ist)

JATIMTIMES - Sejarah Islam dipenuhi dengan kisah sahabat Nabi Muhammad SAW yang bukan hanya dikenal karena keberanian di medan perang, tetapi juga karena keteguhan hati saat menghadapi ujian hidup. Salah satu nama yang terus dikenang adalah Abdullah bin Hudzafah As-Sahmi, seorang panglima muslim yang imannya diuji hingga titik paling genting saat menjadi tawanan pasukan Romawi.

Kisah ini bermula ketika Abdullah dipercaya untuk memimpin pasukan muslim dalam misi ke wilayah Syam. Saat itu, Romawi merupakan kekuatan besar dengan pasukan yang terlatih dan peralatan perang yang jauh lebih unggul. Meski berangkat dengan semangat juang, misi ini berakhir dengan kegagalan. Abdullah bersama sejumlah tentaranya ditangkap dan dibawa ke hadapan pemimpin Romawi.

Baca Juga : Bupati Subandi Sampaikan Duka Mendalam untuk Santri Korban Tragedi Al Khoziny

Bagi seorang panglima perang, menjadi tawanan musuh adalah aib besar. Namun, ujian yang menantinya jauh lebih berat daripada sekadar belenggu rantai: ia dipaksa memilih antara keyakinan atau keselamatan diri.

Di hadapan penguasa Romawi, Abdullah ditawari dua hal yang lazim dianggap puncak cita-cita manusia: kekayaan melimpah dan jabatan tinggi. Syaratnya hanya satu, meninggalkan Islam dan memeluk agama Kristen. Bagi sebagian orang, tawaran itu mungkin menggoda. Namun, Abdullah tidak sedikit pun tergoyahkan. Dengan suara lantang ia menolak, menegaskan bahwa imannya bukan barang yang bisa diperjualbelikan.

Penolakannya membuat sang penguasa murka. Perintah eksekusi segera dijatuhkan: Abdullah akan dilemparkan ke kuali berisi minyak mendidih. Satu per satu tawanan muslim dibawa ke sana, hingga Abdullah menyaksikan sendiri tubuh mereka hancur dilahap panasnya minyak.

Ketika gilirannya tiba, Abdullah menangis. Melihat itu, pemimpin Romawi mengira keberaniannya telah runtuh. “Apakah kau menangis karena takut mati?” tanyanya sinis. Namun, jawaban Abdullah justru membungkam kesombongan lawannya. Ia berkata, “Aku menangis bukan karena takut mati, melainkan karena aku hanya memiliki satu jiwa. Andaikan aku punya seratus jiwa, aku ingin semuanya gugur dengan cara seperti ini demi agama Allah.”

Kata-kata itu membuat pemimpin Romawi tertegun. Ia menyadari sedang berhadapan dengan sosok yang tidak bisa ditundukkan oleh ancaman maupun iming-iming duniawi.

Sang penguasa lalu mencoba cara lain. Ia menawarkan kebebasan, dengan syarat Abdullah bersedia mencium kepalanya. Tawaran itu sekilas terdengar merendahkan, tetapi Abdullah tidak memikirkan harga dirinya semata. Ia melihat kesempatan untuk menyelamatkan puluhan tawanan muslim lainnya.

Baca Juga : Jadwal Libur Nasional Oktober 2025: Cek Tanggal Merah dan Long Weekend

Dengan penuh perhitungan, ia menyanggupi syarat itu. Akhirnya, bukan hanya dirinya, tetapi 80 tawanan muslim ikut dibebaskan sebagai penghargaan atas sikap teguhnya. Tindakan itu membuktikan bahwa kebesaran jiwa bukan hanya soal menolak, tetapi juga soal tahu kapan harus merelakan ego demi menyelamatkan banyak orang.

Setibanya di Madinah, Abdullah bin Hudzafah disambut Khalifah Umar bin Khattab. Mendengar kisah heroiknya, Umar tidak hanya memuji, tetapi juga mencium kepala Abdullah sebagai bentuk penghormatan. Peristiwa ini menjadi catatan penting: seorang khalifah mencium kepala panglimanya, tanda betapa tinggi nilai pengorbanan yang telah ia lakukan.

Para sahabat pun kerap bercanda padanya dengan ucapan, “Engkau pernah mencium kepala ilj (julukan untuk perwira Romawi yang gagah dan besar).” Namun, di balik candaan itu, semua orang paham bahwa Abdullah telah mencatatkan sejarah dengan keteguhan dan pengorbanannya.

Kisah ini tercatat dalam karya-karya klasik seperti Lembaran Kisah Mutiara Hikmah karya Dian Erwanto dan 500 Kisah Orang Saleh Penuh Hikmah karya Imam Ibnul Jauzi. Hingga sekarang, ia tetap relevan sebagai inspirasi, terutama di tengah dunia modern yang sering kali menukar prinsip dengan kepentingan sesaat.


Topik

Agama sahabat nabi muhammad romawi abdullah bin khudzafah khalifah umar bin khattab



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Pacitan Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Anggara Sudiongko

Editor

A Yahya